Transformasi Wajah KRL
Masih ingat kah Anda dulu penumpang kereta rel listrik atau KRL berebut naik ke atap kereta. Pemandangan itu terjadi bertahun-tahun lama nya. Tak hanya itu, dulu penumpang dapat dengan bebas bisa membeli makanan dan minuman dari dalam gerbong kereta. Ada pula pengamen yang memainkan gitar dan bernyanyi dari gerbong satu ke gerbong lainnya. PT KAI menghadirkan layanan KRL commuter line yang semua gerbongnya kini dilengkapi pendingin ruangan dan kursi yang empuk. Layanan KRL ekonomi di semua relasi dihapuskan sehingga seluruh perjalanan KRL di wilayah Jabodetabek dilayani oleh KRL commuter line. Seiring "hilangnya" KRL ekonomi, penumpang pun tak ada lagi yang naik ke atap kereta. Sistem pembelian tiket juga tak lagi menggunakan kertas, sejak 1 juli 2013 PT KAI menerapkan sistem tiket elektronik. Ada dua jenis tiket elektronik, yaitu kartu single-trip untuk satu kali perjalanan dan kartu multi-trip yang dapat digunakan untuk beberapa perjalanan selama saldo mencukupi. Pada Januari 2016 PT KAI menyediakan vending machine untuk mengurasi tranksaksi di loket. Rencananya pada tahun 2020, pemerintah akan mengembangkan sistem transit oriented development (TOD). KRL akan terintegrasi dengan moda transportasi lainnya yang berbasis kereta, yakni MRT, LRT, dan kereta bandara. Selain itu, KRL terintegrasi dengan transjakarta.
Analisis:
Commuter line menawarkan kecepatan dibandingkan naik kendaraan pribadi atau umum lainnya. Maka commuter line merupakan salah satu pemecah kemacetan yang berada di jabodetabek, karena dapat mengantarkan orang dengan jumlah yang banyak. Dengan adanya program commuter line yang menawarkan kenyaman bagi penumpangnya, sistem tiket yang sudah modern, penambahan stasiun-stasiun baru dan beberapa program baik lainnya tentu saja menjadi favorit para pengguna transportasi umum. Namun dengan seiringnya bertambah penumpang, penambahan kereta tidak dapat mudah dilakukan, sehingga stasiun menjadi padat. Tidak hanya itu, kereta sering kali terlambat dari jadwal keberangkatan nya, kereta antre untuk masuk stasiun juga menghambat keberangkatan kereta yang lainnya. Commuter line juga sering mengalami hilang sinyal, sehingga terpaksa berhenti. PT KAI harus menemukan solusi untuk menciptakan pelayanan yang lebih baik dalam masalah jadwal keberangkatan, sehingga tidak ada lagi kereta yang molor dari jadwalnya.
Untuk sistem tiket elektronik, PT KAI sudah menyediakan vending machine di berbagai stasiun, namun tidak di semua pintu masuk. Yang kita ketahui stasiun biasanya memiliki 2 pintu masuk, terkadang vending machine yang disediakan hanya berada di salah satu pintu masuk, yang mengharuskan antre untuk pembelian tiket di loket. Commuter line ingin menawarkan transportasi yang nyaman dengan menggunakan AC dan kipas angin juga bersih. Namun kenyataannya ada beberapa kereta yang pendingin ruangannya bermasalah, sehingga dengan gerbong kereta terasa semakin panas ditambah dengan banyaknya penumpang. Keamanan dalam commuter line dapat dikatakan cukup baik, mengingat beberapa petugas berada di berbagai gerbong kereta.
Commuter line masih belum bisa memberikan kenyamanan dan keamanan yang baik karena sebenernya musuh utama nya adalah penumpang itu sendiri, yang masih belum terbiasa dengan budaya mendahulukan penumpang yang turun.