Selasa, 03 April 2018

Manajemen Jasa



Transformasi Wajah KRL

Masih ingat kah Anda dulu penumpang kereta rel listrik atau KRL berebut naik ke atap kereta. Pemandangan itu terjadi bertahun-tahun lama nya. Tak hanya itu, dulu penumpang dapat dengan bebas bisa membeli makanan dan minuman dari dalam gerbong kereta. Ada pula pengamen yang memainkan gitar dan bernyanyi dari gerbong satu ke gerbong lainnya. PT KAI menghadirkan layanan KRL commuter line yang semua gerbongnya kini dilengkapi pendingin ruangan dan kursi yang empuk. Layanan KRL ekonomi di semua relasi dihapuskan sehingga seluruh perjalanan KRL di wilayah Jabodetabek dilayani oleh KRL commuter line. Seiring "hilangnya" KRL ekonomi, penumpang pun tak ada lagi yang naik ke atap kereta. Sistem pembelian tiket juga tak lagi menggunakan kertas, sejak 1 juli 2013 PT KAI menerapkan sistem tiket elektronik. Ada dua jenis tiket elektronik, yaitu kartu single-trip untuk satu kali perjalanan dan kartu multi-trip yang dapat digunakan untuk beberapa perjalanan selama saldo mencukupi. Pada Januari 2016 PT KAI menyediakan vending machine untuk mengurasi tranksaksi di loket. Rencananya pada tahun 2020, pemerintah akan mengembangkan sistem transit oriented development (TOD). KRL akan terintegrasi dengan moda transportasi lainnya yang berbasis kereta, yakni MRT, LRT, dan kereta bandara. Selain itu, KRL terintegrasi dengan transjakarta.


Analisis: 

Commuter line menawarkan kecepatan dibandingkan naik kendaraan pribadi atau umum lainnya. Maka commuter line merupakan salah satu pemecah kemacetan yang berada di jabodetabek, karena dapat mengantarkan orang dengan jumlah yang banyak. Dengan adanya program commuter line yang menawarkan kenyaman bagi penumpangnya, sistem tiket yang sudah modern, penambahan stasiun-stasiun baru dan beberapa program baik lainnya tentu saja menjadi favorit para pengguna transportasi umum. Namun dengan seiringnya bertambah penumpang, penambahan kereta tidak dapat mudah dilakukan, sehingga stasiun menjadi padat. Tidak hanya itu, kereta sering kali terlambat dari jadwal keberangkatan nya, kereta antre untuk masuk stasiun juga menghambat keberangkatan kereta yang lainnya. Commuter line juga sering mengalami hilang sinyal, sehingga terpaksa berhenti. PT KAI harus menemukan solusi untuk menciptakan pelayanan yang lebih baik dalam masalah  jadwal keberangkatan, sehingga tidak ada lagi kereta yang molor dari jadwalnya. 

Untuk sistem tiket elektronik, PT KAI sudah menyediakan vending machine di berbagai stasiun, namun tidak di semua pintu masuk. Yang kita ketahui stasiun biasanya memiliki 2 pintu masuk, terkadang vending machine yang disediakan hanya berada di salah satu pintu masuk, yang mengharuskan antre untuk pembelian tiket di loket. Commuter line ingin menawarkan transportasi yang nyaman dengan menggunakan AC dan kipas angin juga bersih. Namun kenyataannya ada beberapa kereta yang pendingin ruangannya bermasalah, sehingga dengan gerbong kereta terasa semakin panas ditambah dengan banyaknya penumpang. Keamanan dalam commuter line dapat dikatakan cukup baik, mengingat beberapa petugas berada di berbagai gerbong kereta. 

Commuter line masih belum bisa memberikan kenyamanan dan keamanan yang baik karena sebenernya musuh utama nya adalah penumpang itu sendiri, yang masih belum terbiasa dengan budaya mendahulukan penumpang yang turun. 


Senin, 29 Mei 2017

Etika Bisnis III

1.      Norma dan Etika Dalam Pemasaran, Produksi, Manajemen Sumber Daya Manusia dan Finansial

a.       Pasar dan Perlindungan Konsumen
Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang
Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian untuk memberikan perlindungan hukum kepada konsumen. Adapun kewajiban konsumen untuk melindungi kepentingannya ataupun produsen yang melindungi kepentingan konsumen, sejumlah teori berbeda tentang tugas etis produsen telah dikembangkan, masing-masing menekankan keseimbangan yang berbeda antara kewajiban konsumen pada diri mereka sendiri dengan kewajiban produesn pada konsumen meliputi pandangan kontrak, pandangan  “due care” dan pandangan biaya sosial.
Itu berarti pada akhirnya etika bisnis semakin dianggap serius oleh para pelaku bisnis modern yang kompetitif. Dengan kata lain, kenyataan bahwa dalam pasar yang bebas dan terbuka hanya mereka yang unggul, termasuk unggul dalam melayani konsumen secara baik dan memuaskan, akan benar-benar keluar sebagai pemenang. Maka kalau pasar benar-benar adalah sebuah medan pertempuran, pertempuran pasar adalah pertempuran keunggulan yang fair, termasuk keunggulan nilai yang menguntungkan banyak pihak termasuk konsumen.

b.      Etika Iklan
Sonny (1998:200) Sehubungan dengan iklan sebagai pemberi informasi yang benar kepada konsuen, ada 3 pihak yang terlibat dan bertanggung jawab secara moral atas informasi yang disampaikan sebuah iklan. Pertama, produsen yang memiliki produk tersebut. Kedua, biro iklan yang mengemas iklan dalam segala dimesinya: etis, estetik, informatif, dan sebagainya. Ketiga, bintang iklan. Dalam hal ini, tanggung jawab moral atas informasi yang benar tentang sebuah produk pertama-tama dipikul oleh pihak produsen. Maka, pihak produsen harus memberikan semua data dan informasi yang akurat dan benar tentang produk yang akan diiklankan. Lebih dari itu, produsen harus menyetujui iklan yang dibuat biro iklan untuk memastikan apakah isi iklan menggambarkan kenyataan sebenarnya dari produk tersebut. Ia harus memastikan apakah yang diiklankan memang sesuai dengan kenyataan produk itu dan tidak ada unsur pemalsuan informasi yang disengaja untuk menyesatkan konsumen. Persetujuann isi iklan ini penting untuk mengetahui tanggung jawab produse dan biro iklan kalau sampai terjadi ketidaksesuaian informasi, pelanggaran etis atas nilai-nilai moral tertentu dalam masyarakat, serta kemungkinan kerugian yang dialami pihak tertentu.

Minggu, 30 April 2017

Etika Bisnis II

ETIKA DALAM BISNIS

Carroll dan Buchollz (2005) dalam Rudito (2007:49) membagi tiga tingkatan manajemen dilihat dari cara para pelaku bisnis dalam menerapkan etika dalam bisnisnya.

1. Immoral Manajemen

Immoral manajemen merupakan tingkatan terendah dari model manajemen dalam menerapkan prinsip-prinsip etika bisnis. Manajer yang memiliki manajemen tipe ini pada umumnya sama sekali tidak mengindahkan apa yang dimaksud dengan moralitas, baik dalam internal organisasinya maupun bagaimana dia menjalankan aktivitas bisnisnya. Para pelaku bisnis yang tergolong pada tipe ini, biasanya memanfaatkan kelemahan-kelemahan dan kelengahan-kelengahan dalam komunitas untuk kepentingan dan keuntungan diri sendiri, baik secara individu atau kelompok mereka. Kelompok manajemen ini selalu menghindari diri dari yang disebut etika. Bahkan hukum dianggap sebagai batu sandungan dalam menjalankan bisnisnya.

Contoh:




Minggu, 26 Maret 2017

Etika Bisnis


Etika menurut saya:
Etika yaitu mengenai kewajiban sikap, perilaku, serta kebiasaan sebagai anggota  masyarakat yang berkaitan dengan nilai-nilai sopan santun, tata krama dan saling menghormati, yaitu bagaimana saling berinterkasi yang menyangkut hubungan manusia dengan manusia. 

Minggu, 01 Januari 2017

EKONOMI KOPERASI III

BAB XI
EVALUASI KEBERHASILAN KOPERASI DILIHAT DARI SISI PERUSAHAAN

11.1     Efisiensi Perusahaan Koperasi
Tidak dapat di pungkiri bahwa koperasi adalah badan usaha yang kelahirannya dilandasi oleh fikiran sebagai usaha kumpulan orang-orang bukan kumpulan modal. Oleh karena itu koperasi tidak boleh lepas dari ukuran efisiensi bagi usahanya, meskipun tujuan utamanya melayani anggota.
Ukuran kemanfaatan ekonomis adalah adalah manfaat ekonomi dan pengukurannya di hubungkan dengan teori efisiensi, efektivitas serta waktu terjadinya transaksi atau diperolehnya manfaat ekonomi.
Efesiensi adalah penghematan input yang di ukur dengan cara membandingkan input anggaran atau seharusnya (Ia) dengan input realisasi atau sesungguhnya (Is), jika Is < Ia disebut (Efisien). Dihubungkan dengan waktu terjadinya transaksi/di perolehnya manfaat ekonomi oleh anggota dapat di bagi menjadi dua jenis manfaat ekonomi yaitu:
1.      Manfaat ekonomi langsung (MEL)
MEL adalah manfaat ekonomi yang diterima oleh anggota langsung di peroleh pada saat terjadinya transaksi antara anggota dengan koperasinya.
2.      Manfaat ekonomi tidak langsung (METL)
METL adalah manfaat ekonomi yang diterima oleh anggota bukan pada saat terjadinya transaksi, tetapi diperoleh kemudian setelah berakhirnya suatu periode tertentu atau periode pelaporan keuangan/pertanggung jawaban pengurus & pengawas, yakni penerimaan SHU anggota.